MENGAPA KITA HARUS PEDULI PADA ISU KEKEJAMAN DALAM RUMAH TANGGA?

Baby Jim Aditya

MENGAPA KITA HARUS PEDULI PADA ISU KEKEJAMAN DALAM RUMAH TANGGA?

Sudah pernahkah Anda mendengar istilah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau Domestic Violence? Mungkin kita sering mengkonotasikan istilah itu dengan Kekerasan Fisik atau Kekejaman Fisik semata, sesuai namanya yaitu “KEKERASAN” sebagai terjemahan “Violence”.
Kita cenderung menganggap ada “kekerasan” kalau sudah terjadi tindakan fisik yang mudah dilihat secara kasat mata dan harus meninggalkan bekas yang bisa dilihat mata, misalnya dipukul, dijewer, ditempeleng, ditinju, ditendang, diinjak, dibanting, ditusuk, disundut, dst. Padahal belum tentu juga kekejaman fisik ini meninggalkan bekas yang gampang dilihat oleh mata.

Barangkali kita kurang memperhatikan, bahwa sebenarnya “Kekejaman Dalam Rumah Tangga” atau bahkan “Kekejaman Dalam Pacaran” itu sangat beragam dan luas pengertiannya.             Tindak KDRT terjadi dalam berbagai cara bentuk & tingkatan, sudah pasti tersembunyi dan disembunyikan sehingga terlihat dan terasa seperti tidak terjadi apa-apa.
Biasanya rangkaian kekejaman ini dimulai dengan Kekerasan atau Kekejaman Kata-kata/Verbal yang membuat korban menjadi rendah diri, tidak percaya diri, pesimis, murung, bingung, & merasa dirinya bodoh, jelek, dan merasa pantas diperlakukan dengan buruk. Kekejaman Kata-kata ini tidak bisa divisum secara fisik sehingga sulit dibuktikan, sama seperti Kekejaman Psikologis, Kekejaman Ekonomi, Kekejaman Seksual dan Penelantaran. Untuk memahami dan mengidentifikasi jenis-jenis kekejaman ini memang butuh waktu dan upaya lebih banyak, karena itu banyak orang secara sederhana menggampangkan istilah “kekerasan” itu hanya jika ada “kekerasan fisik”.

Dalam kenyataannya, bersamaan dengan berlangsungnya semua kekejaman di atas, sekaligus terjadi pula Kekejaman Fisik, mulai dari dipukul, ditampar, ditinju, ditempeleng, ditendang, diinjak, dst, dst… yang biasanya akan diminta visum fisiknya jika kita lapor pada yang berwajib. Itu pun belum tentu berpihak pada kepentingan perempuan. Seringkali korban takut, bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, sehingga terlambat melapor . Akibatnya bekas-bekas kekerasan fisik seperti dipukul, ditempeleng, ditinju, ditendang, dll sudah tidak terlihat jelas, dan secara sembarangan dianggap TIDAK terjadi kekerasan fisik. Tentu saja ini sangat menyakitkan dan merugikan korban yang sudah tersiksa lahir batin. Bahkan malahan bisa terjadi korban dianggap berbohong karena tidak bisa menunjukkan BUKTI fisik, walaupun sudah menghadirkan saksi.

Kekejaman Dalam Rumah Tangga bisa menimpa siapa saja, dari latar belakang pendidikan paling rendah hingga paling tinggi; mulai dari orang tidak bekerja, ibu rumah tangga, anak-anak, adik, sepupu, keponakan, asisten rumah tangga yang ikut tinggal di rumah, hingga yang punya jabatan paling bergengsi; dan bisa terjadi di tingkat sosial-ekonomi-budaya mana pun. Di desa, di kota, di rumah bedeng, rumah kontrakan, di rumah mewah, di apartemen, dll. Terjadi pada orang miskin, orang biasa, orang kaya-raya, orang super kaya, dst….  Dan jika korban terperangkap dalam tindakan kekejaman itu, belum tentu kita dengan mudah bisa mengidentifikasinya, apalagi menolongnya. Akrab dengan kejadian-kejadian semacam itu?

Proyek kemanusiaan KUE BANGET, diniatkan untuk beramal membantu ibu-ibu dan para perempuan yang pernah mengalami Kekejaman Dalam Rumah Tangga, dan harus bertahan hidup untuk membiayai anak-anak yang harus jadi tanggung jawab mereka (saja?). Anda pun bisa membantu mereka dalam pemberdayaan ekonomi, agar keadaan menjadi sedikit lebih baik.
Tolong bantu share, yaaa….

Dr. Baby Jim Aditya M.Psi., Psikolog.
Seksolog, Hypnoterapis & Life Coach.
Klinik Angsamerah – Jakarta Pusat
telp 021.316.0251,
WA 0812 9000 7878
www.babyjimaditya.com

www.kuebanget.com

Bagikan:

Baby Jim Aditya

Psikolog, seksolog, aktivis kemanusiaan dalam bidang penanggulangan HIV/AIDS, penyalahgunaan narkotika dan penguatan perempuan.

Leave a Comment